Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 24 Januari 2016

Terbaik Saat Menjauh

Walau perih inilah yang terjadi

Bermainlah dengan semua temanmu
Dirimu yang terbaik
Dirimu yang terindah
Dirimu tersempurna

Pilihan ini terbaik bagi kita
Tuhan yang menjadi Penjaga

Tak mau buatmu ikuti semua salah
Tak mau buatmu terbawa arus setan

Pergilah
Menjauhlah

Sebelum kasih juga sayang menjadi benih dalam jiwa

Sabtu, 23 Januari 2016

Duniapun Memberontak

Dan duniapun terbalik
Saat kubilang "cinta", mereka bilang "tidak"
Saat kubilang "tidak", mereka ramai-ramai katakan "cinta"

Bau yang membuat muntah pada mulut
Bualan-bualan tipuan diberondongkan laksana senapan bermesin
Hilang dan hampir tersesat menuju ke jalan cahaya putih

Lilitan-lilitan semakin menekan kencang pada tubuh
Hampir mati karena tak bisa bergerak dan tak bisa bernafas
Nada-nada Tuhan mengalun pelan mulai terdengar

Seretan langkah-langkah menuju tempat pemujaan
Tiada dupa ataupun sesembahan benda
Apalagi memuja tuhan yang berwujud pada benda-benda

Duniapun memberontak
Dunia yang telah menjadi senjata iblis-iblis
Dunia yang seakan tak mau kehilangan para pemuja dunia

Memuja dunia yang penuh nafsu sahwat sesat
Dan tak mau menjadi budak itu
Akupun memberontak

Aku yang menjauhi dunia
Makan saja semua tipu daya itu
Tuhan, kepada-Mu aku berserah

Jumat, 22 Januari 2016

Sungguh Harapkannya

Tuhan,
Ku cinta ia
Sungguh

Saat ini hanya bisa menunggu dan menunggu
Bicarapun tak ada keberanian
Mendekatlah lalu dekap saja tubuh ini

Tuhan,
Ku rindu ia
Sungguh

Malam ini semakin larut tapi resah tanpa bincang
Saat aku yang mulai bicara dan ia hanya menjawab cepat
Jawaban yang tak mengartikan cinta kasih ia padaku

Tuhan,
Hujamkanlah namaku pada cinta ia
Dan segeralah ia katakan cinta lalu regut hasratku

Kamis, 21 Januari 2016

Cerita Mereka

Menulis dan hanya menulis saja
Semua cerita yang terbaca

Dan kesulitan untuk membaca cerita sendiri
Karena cerita diri hampir tiada yang menarik untuk dibagikan

Mencari cerita dari mereka yang selalu berpetualang
Mencari cerita dari mereka yang selalu membaginya

Dan hanya menulis saja sudah cukup bagi diri
Diri ini serasa bahagia bila sudah menuangkan segala ide

Berjalanlah lalu jalani kehidupan dengan seksama
Lalu memperhatikan dan menulis dalam sebentuk bait

Sepertinya sudah lelah karena cerita-cerita hidup yang hampir sama
Cerita hidup yang hanya ada dua sisi

Suka dan duka

Satu Rasa

Selalu saja dan masih seperti itu
Berlari berkejaran dengan sekilat rasa
Bertingkah dan berlagak seperti tak tahu kemana arah menuju

Ada hati resah saat memuja Tuhan
Gemetar seluruh jiwa
Berontak dalam dada seolah amarah meletup-letup

Sepertinya tak layak untuk ditulis rasa ini
Rasa yang sama sekali sulit untuk didapatkan
Dan rasa-rasa yang membuat menangis

Rasa berTuhan
Dekatkanlah
Rangkulilah

Agar tak terjebak dalam berbagai rasa dunia yang sesat

Minggu, 17 Januari 2016

Ada Sembunyi

Amarah yang coba disembunyikan
Nyawa pada badan tak lantas mau ditukarkan
Gembira bila dirimu hadir dalam barisan pemujaan
Getir terasa bila dirimu tak sujud dalam ruang penyembahan
Ada api dalam dada yang coba tidak dimunculkan

Sapukan warna-warna pada langit
Asmara ini hanya untuk dirasakan tapi penuh belit
Paksa dirimu merindu hanya membuat luka juga sakit
Ujarmu "mengusirku dalam kasih di balik pintu yang berderit"
Takut jiwa padamu lalu melangkah sembari berjinjit
Rasakan saja sendiri jika Tuhan telah terlilit
Aku tak mau berharap maka lebih baik sembunyi walau terasa pahit


Sajak Bukan Aku

Bawakan sebanyak mungkin para pecinta
Hadirkan di depan mataku para pemuas nafsu
Semuanya akan kugagahi dengan sempurna
Semuanya akan berteriak penuh kepuasan
Dan aku yang tak pernah puas

Jangan pernah ganggu aku dengan canda-canda pelecehanmu
Belaian juga tatapan cintamu itu
Kau pikir aku juga mauimu
Enyahlah, kau
Dan aku yang tak pernah puas

Perkataanmu rasis
Tuduhanmu seperti cermin bagimu
Kau mengakui bahwa kau melakukannya pada wanita itu
Kau jalang dan binatang bertopeng
Dan aku yang tak pernah puas

Kau katakan ingin menghajarku
Kau pikir kau seorang petinju dan petarung?
Aku menyerah saja karena tak mau kotori tanganku dengan darah pecundangmu
Kau pikir anak istrimu tak akan sedih bila kau bertarung?
Dan aku yang tak pernah puas

Kau sebenarnya aku

Dan aku meninggalkan semua kata-kataku di atas
Aku yang tak pernah ada dalam sajak ini

Bila Kata Menjadi

Bila kata-kata yang terlontar dari mulut
Lalu semua kata berubah menjadi nyata
Lalu apa yang terjadi pada dunia?
Keserakahan, kedengkian, kesombongan lalu kehancuran

Kata "anjing" lalu menjadilah anjing-anjing
Kata "monyet" lalu menjadilah monyet-monyet
Kata "babi" lalu menjadilah babi-babi
Kata "bajingan" lalu menjadilah para bajingan

Para bajingan yang terus merusak bumi atas nama persamaan hak asasi manusia

Santunlah karena agama ajarkan itu
Agama yang di bawa ini seharusnya membawa ke jalan terang

Bila kata menjadi maka ucapkanlah semua kata yang baik

Sabtu, 16 Januari 2016

Sakit Tapi Tidak Berdarah

Dan ini mengherankan
Terasa sakit juga perih pada jiwa
Sakit dan perih ini tak berluka pada tubuh
Rasa keduanya menghujam jiwa
Luka yang tiada darah menetes
Sakit tapi tidak berdarah

Melihatmu tapi tak bisa mendekat
Tertawamu tapi tak bisa ikut terbahak
Menangismu tapi tak bisa memberikan sandaran bahu
Tahukah kamu selalu ada kekaguman saat melihatmu dari balik tembok
Tahukah kamu wajahmu selalu memberikan semangat dalam jalani hari
Sakit tapi tidak berdarah

Kebersamaanmu dengan tambatan cintamu
Kepergianmu sambil menggandeng tangannya
Senyummu untuk dirinya
Dan sungguh hanya bisa melihatmu dari kejauhan
Bila bahagiamu seperti itu maka lanjutkanlah
Dan sekali lagi ini menyakitkan tapi tidak berdarah


Bercinta Lenyapkan Nilai Religi

Mengantarkan sejumput rasa padanya
Menggadaikan cinta juga kasih berharap dirinya mau
Dirinya yang terlalu sibuk dengan dunia beserta perhiasan gemerlapnya
Kerinduan yang terbungkus kepasrahan ini tak kunjung berbalas

Menari dan terus berdansa lalu bergoyang menghentakkan seluruh badan
Mungkin ini pelampiasan diri saja karena ketidak peduliannya
Hanya ingin merasakan sentuhannya saja
Hanya ingin merasakan pelukannya saja

Kemudian mengecupi seluruh raganya
Berguling dalam ruang tak bicara
Tak berTuhan dan merasa kisah kasih ini selalu benar
Memajangkan atau menyembunyikan percintaan ini seolah sama saja

Cinta dunia padanya memang membutakan
Menabrak nilai-nilai agama yang ditanamkan sedari kecil
Pujian beserta pujaan dunia serasa menjadi hal penting
Tuhan hanya ada pada kitab-kitab suci nan lusuh di pojok kamar

Tanpa Tuhan tak malu lagi saling mengumbar percintaan
Merasa bahwa ini sudah hal lumrah dan biasa
Perikatan dan hubungan walau belum mengucap janji atas nama Tuhan
Diam saja agama karena Tuhan sedang tak berada pada dada

Dirimu Bercintalah Lagi

Lisan yang berkata suka
Laku yang mengarah cinta
Hati penuh ragu dan tak gampang terbaca
Bercintalah dengan segera
Sangkutkan saja gundah lalu yakin pada jiwa

Kita bercinta saja
Sepanjang hari lalu selamanya
Hari ini mendengar hal yang sama
Berita juga kabar tentangmu dan semua
Di sini sangat perih tanpamu terasa

Ingin jiwa memekik
Karena langkah-langkah hidup seolah mencekik
Malam bertaburan bintang tak terlihat pada mata-mata yan picik
Mereka semua berbagi kasih sayang semuanya membuat iri dan sirik
Menggumam kerinduan untuk bercinta lagi denganmu selalu berderik


Balutan agama telah memagari
Namun seolah sakit mengiris pada hati
Dirimu yang lenyap meninggalkan jiwa ini
Dirimu bercintalah lagi
Jiwa yang selalu menanti

Dunia Sangat Tua

Apa kabar dunia yang hangat?
Panas membakar melegamkan kulit
Haruskah berbalut celana cawat?
Kini sang surya telah bersinar dan terasa menggigit

Sandiwara-sandiwara ini sangat menjemukan
Ronggeng yang menari di atas pentas semalam suntuk
Sekuat jiwa meneguhi Tuhan
Tak mudah berTuhan tapi ini pantas walau sering terantuk

Apa kabar dunia yang dingin?
Baju-baju tebal berbahan hangat mulai dikenakan
Dan hanya tidur saja itu yang di ingin
Hanya membuat sakit juga perih semua perlakuan

Cinta-cinta yang terucap
Rasa-rasa yang tercurah
Bohong nan dusta lalu menguap
Dunia yang tua dan bumi telah resah

Jumat, 15 Januari 2016

Menyukai Dirimu Dulu

Dirimu berubah
Dirimu bukan diri yang dulu
Saat tertawa lalu saling bermain dan bercanda
Jalan Tuhan selalu menjadi tujuan
Kini dirimu bak seorang musuh yang mencari musuh
Sungguh tak kenali dirimu yang sekarang

Mungkin ada tangis di sini
Mungkin ada sedih di sini
Tak bisa kecewa padamu
Tak bisa benci padamu
Karena selalu ada kasih juga sayang padamu
Karena selalu menunggumu dengan setia pada rumah Tuhan

Datanglah seperti dulu
Kita basuh tubuh kita berdua dengan peluh sujud-sujud terpasrah
Saat berada di sampingmu dalam penyembahan pada Tuhan
maka tubuh ini berbalur rasa senang juga bahagia
Menantimu pada pintu-pintu rumah Tuhan
Saat kau tak datang maka membekulah hati ini

Dirimu tetaplah seperti dulu
Seperti dulu yang saling setia bersama diri berTuhan

Dalam rindu padamu namun tak bisa berpeluk dan bercinta

Kamis, 14 Januari 2016

Pencarian Yang Melelahkan

Cukup
Hentikan segala pencarian ini
Semua membuat amarah kian memuncak
Ada sekam yang terbakar kala pencarian ini
Lelah juga resah bercampur menjadi rancu

Menghapus segalanya tentang pencarian
Bahagialah

Biarkan jiwa ini tenang dan damai bersama Tuhan
Perih juga sakit hanyalah dunia dan sementara

Pencarian-pencarian yang menyakitkan
Dan hentikan karena melelahkan

Maka seperti hari-hari sebelumnya menghapus segalanya
Berharap esok lebih berTuhan

Pencarian yang melelahkan
Hasrat-hasrat dunia yang selalu disemai iblis

Karena iblis sedang mencari tetangga untuk kelak di neraka

Bahasamu Kemarahan

Kau begitu angkuh
Laksana sebuah permata di ujung menara istana
Bicaramu menusuk setiap sendi-sendi jiwa
Hanya ingin bicara denganmu
Berbagi segala beban hidup pada perjalanan ini
Tak perlu tahu siapa sang pembagi
Biarlah menjadi sebuah misteri seperti seseorang pada bilik pengakuan dedosa

Berilah semangat itu
Biarkan melihatmu dalam sujud-sujud pemujaan pada Tuhan
Terlalu pelik mendekatimu dalam dunia nyata
Terlalu sulit menjadi sahabat dalam langkah-langkah bersamamu
Menjadi pengagummu pada dunia tak tersentuhpun terasa kau menghardik

Bahasamu kemarahan

Dalam terhuyung memuja Tuhan
Tanpamu sang pemberi semangat

Hanya ingin bersamamu dalam iman juga taqwa

Tapi bahasamu hanyalah kemarahan

Muak Untuk Memuja

Diam saja dan hanya diam
Tanpa bicara karena telah terlalu muak
Muak pada segala yang tampak baik pada penglihatan
Lindungi saja para pesalah
Bersembunyi di belakang punggung pemilik kuasa
Bertindak penuh anarki
Penindasan menjadi bahasa teragung

Melawan dan terus melawan
Dalam laku-laku yang diawasi hampir tak ada celah berdebat
Terlalu ingin didengar tanpa mau mendengar
Bergaya bak seorang jagoan lalu rendahkan manusia serendah-rendahnya
Sungguh tak akan merasa kehilangan bila lenyap dari muka bumi
Bak anak-anak tuhan

Muak untuk memuja kepada para penipu Tuhan

Minggu, 10 Januari 2016

Terdiam Nyanyian Malam

Tak pernahkah terpikir olehmu bahwa saat malam ada jiwa yang rindu?
Seperti warna pelangi setelah hujan reda mengindahkan langit
Arah jarum kompas berputar tak karuan
Lirih jiwa-jiwa yang merindukanmu tapi kau tak tahu saja
Inginkan dekat denganmu tapi jiwa-jiwa tak mampu melangkah lebih jauh
Selalu berharap bibirmu sunggingkan senyum termanis bagi dunia

Nikmati dirimu dari jarak yang cukup untuk memandangimu saja
Usah bertanya apapun tentang jiwa-jiwa perindu ini
Rasakan saja saat malam kala kau tertidur nyenyak
Fungsikan tidurmu maka bermimpi teramat istimewalah dirimu
Impianmu mungkin tak pernah ada para perindumu
Tapi dirimu selalu ada pada setiap mimpi-mimpi malam para perindumu
Resah jiwa-jiwa yang merindukanmu
Ikrarkan kecintaan juga kasih sayang padamu hanya khayalan belaka

Malam ini para perindu bernyanyi tapi terdiam membisu
Ajaibnya selalu saja wajahmu yang menjadi inspirasi kehidupan para perindu
Umpama sakit maka para perindu tak akan merasakan sakit-sakit ini
Lintasi jalan-jalan yang sama dengan dirimu kala pergi juga pulang
Intip saja para hati perindu maka namamu yang berserakan tak beraturan di sana
Debar jantung tak menentu saat berpapasan dengan dirimu
Aku mungkin salah satu dari para perindumu itu

Sabtu, 09 Januari 2016

Kupu-Kupu Nan Malang

Segerombolan kupu-kupu terbang mengitari pepohonan
Kupu-kupu dengan warna yang senada
Mereka seakan mengenal betul tempat yang dikitarinya
Apakah mungkin tempat itu dahulu kupu-kupu pernah merayap dan melata?

Cahaya yang temaram tertutup kabut
Pagi, siang berganti malam
Keesokan hari gerombolan itu kembali

Namanya mungkin berganti dengan lebih lembut
Gerombolan berganti menjadi sekawanan

Terbang ramai tanpa bicara bahasa manusia
Terbang pada pepohonan tempat yang dulu ditinggalinya
Hingar-bingar juga kilauan tak mampu sembunyikan kupu-kupu yang terluka

Masing-masing yang kini sibuk mencari saripati-saripati bunga
Sendiri-sendiri walau terbang berkelompok dan berkawanan

Dunia yang dipuja
Berharap penghormatan dari dunia

Walaupun hidup berkelompok ada seekor kupu-kupu di dalamnya
Kupu-kupu yang telah bising mendengar musik
Kupu-kupu yang muak pada caci-maki juga cemoohan

Seekor kupu-kupu dalam gerombolan bukan sekawanan

Kupu-kupu dalam kelompok yang terpaksakan
Terbang saja walau perih menjadi pakaian dalam warnanya yang indah

Selasa, 05 Januari 2016

Inginkanlah Aku Fantastismu

Indahnya hari kurajut bersamamu
Namamu selalu bertahta dalam jiwa
Gambarlah bahagiamu bersamaku
Guratlah masa depanmu dengan aku di pelukmu
Rasakan cinta kita saling berpeluh dalam lenguhan kenikmatan
Intimkanlah tubuh-tubuh kita berdua

Antara rasa gamang juga gundah
Hindari semua bebisik dunia
Menyembunyikan segala cinta kita dari dunia
Aku menginginkanmu seutuhnya
Dalam diam tanpa kata aku masih membisu

Fantasi-fantasi cinta kita berdua
Amarah juga marah dalam kepalan gelisah
Ukirlah aku dalam khayalanmu
Zikir-zikir dalam pemujaan bersebelah hati dengan bercinta
Inginkanlah aku dalam dunia fantastis percintaanmu

Minggu, 03 Januari 2016

Terngiang Percumbuan Itu

Dicumbui api
Dibakari rasa
Asmara yang terus-menerus bergelora
Kerinduan padanya yang serasa mendera
Terkurung dalam belenggu percintaan masa lalu

Tersendat dalam pemujaan pada Sang Kuasa
Terasa beban berat menggantung pada pundak
Dalam sujud-sujud penyembahan
Ada amarah pada percumbuan yang masih menancap
Gigi-gigi saling bergemeretak menahan keinginan percumbuan tak berTuhan

Berkata-kata terhebat karena merasa diri penuh kotor
Berusaha sembunyikan semua hasrat yang masih terngiang

Dan seutuhnya tak mampu sembunyi dari Sang Maha Melihat

Hari ini masih terngiang percumbuan tak berTuhan itu
Berharap Tuhan menolong


Hari Ini Bersamamu

Hari ini tawamu berderai renyah
Hari ini duduk bersama dengan kehangatanmu
Hari ini berdiri dan berlari lalu keringatmu menjadi aroma gairah

Mulutmu tak lagi diam membisu
Matamu yang bening berbinar lagi saling bertatapan
Bergetar hati dan sangat cemburu melihatmu

Dirimu tak bersama hari ini
Hari ini dirimu bersama yang lain
Dan kisah cinta kita seolah terlupakan

Ingin merasakan belaianmu
Ingin merasakan pelukanmu
Sentuhan-sentuhan penggugah saling menikmati
Erangan-erangan bercampur dengan desahan

Hari lalu bersamamu

Hari ini bersamamu tapi dirimu dengan yang lain

Diam Karena Cintaimu

Diam menjadi bahasa dalam sanubari
Bicara dan mencoba mendekat namun seolah kau menjauh
Kau alihkan segala rasa menendang dan melempar hati ke hati yang lain
Menginginkanmu tapi kau melemparkan hati bak bola

Kau seperti angin
Terasa desirannya namun tak terpeluk
Membencimu tapi sungguh tak bisa
Kecintaan ini membutakan
Kasih sayang ini membuat ketakutan

Mau ini hanya mauimu
Tapi kau mendorong untuk tak dekatimu
Bila itu membuatmu tenang dan bahagia, baiklah
Terkadang cinta itu unik

Diam ini dan tak hendak memulai kembali
Menanti dirimu menyentuhi

Tulislah sesuatu
Bicaralah sesuatu
Karena diri ini tak akan memulai terlebih dahulu
Karena diri ini tak mau sakitimu

Sabtu, 02 Januari 2016

Terkunci

Lawan kehendak jahat
Menunggu hingga pertarungan usai
Tak usah digugu kehendak itu
Bersabarlah dalam penantian
Mencari dalam lubang yang sempit
Pengharapan terlalu angkuh lagi kejam

Terkunci pada ruangan pekat
Jangan biarkan tersesat tanpa cahaya-Mu
Tuhan tidak pernah salah

Begitu banyak kemarahan yang terukir pada wajah
Ada kesedihan tergurat di raut muka
Sejuta misterius menutupi diri
Tak bisa menerka apa yang sedang terjadi
Kegelisahan melanda walau senyuman terus mengembang

Diam
Jangan bertingkah
Tak usah banyak polah
Bicara kalian menyesakkan dada
Berjalanlah menurut arah kalian
Bila jalan yang kalian susuri jalan Tuhan mengapa ada bunga iri?

 Bila hati menjadi mati kepada siapa berserah diri
Peluh membasahi
Dan tak kuasa berdiri
Semua rasa takut ini
Segala yang terus-menerus berkobar selaksa api
Hampir tenggelam dalam buih tak bertepi