Aku pikir dia sang jagoan
Tak pernah terhadang
Tapi ternyata hanya seorang jago kandang
Tertipu dengan tampilan kokoh lagi perkasa di luar
Dia rapuh bahkan seperti anak ayam di dalam
Usia yang akan mencapai akil balig
Bahasa yang terlontar hanya kebinatangan
Merengek manja bak anak bayi dalam ayunan
Makan, mandi, berpakaian bahkan segalanya di siapkan sang ibu
Menjerit tidak karuan lalu bersembunyi di balik punggung ibu
Lelah mendengarnya
Jengah untuk berkata
Ibu dan bapaknya hanya menjadi penonton kelas VVIP di tempat terpisah
Sang bocah manja semakin merengek
Memoyongkan bibirnya merajuk penuh tangis seperti bayi mengompol
Merusak barang dan membuat berantakan ruang
Seorang wanita tua yang menjadi pelayan berbenah membereskan
Semakin menjadi tangisan manjanya
Berkata penuh makian dengan sejuta alasan
Logika sang anak sudah mati
Ibu dan bapaknya tetap menjadi penonton setia pertunjukan
Sang anak yang tetap merajuk dan aku pekak melihat juga mendengarnya
Ibupun ikut berceloteh tak mau kalah
Bapak berbalas pantun menahan amarah dengan penuh geram dalam dada
Pertunjukan sebuah keluarga ibarat sirkus dari Eropa
Ingin kuludahi semua pemain sirkus hingga tak bersisa indahnya
Muak melihatnya
Jijik mendengarnya
Bila hendak berbuat berantakan jangan di hadapan
Hancurkan saja rumahmu sendiri jangan di rumah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar